Selasa, 18 Januari 2011

Candi Ratu Boko



Dinasti Syailendra memang rajin membangun. Setelah sejumlah candi di dataran, mereka
mengincar bukit Boko yang letaknya tiga kilometer dari gugusan candi Prambanan, Sewu,
dan Plaosan, yakni kompleks Ratu Boko

Mencakup dua desa, Dawung dan Sambirejo, kecamatan Prambanan, kompleks Ratu Boko
bertengger persis di puncak bukit, 196 meter dpl. Dari sini pemandangan ke arah gunung
Merapi pun praktis tanpa halangan.

Ahli arkeologi yakin kompleks Ratu Boko dibangun oleh Rakai Panangkaran dari dinasti
Syailendra pada 760-780 masehi. Prasasti bertarikh 792 masehi menyebutkan Panangkaran
menamai bangunan itu sebagai Abhayagiri Wihara yang berarti wihara Budha yang damai.

Namun penerusnya, Rakai Walaing Pu Kumbhayoni yang berkuasa pada 856 - 863 masehi
mengubah Abhayagiri Wihara sebagai kraton Walaing. Hal ini ditegaskan dalam inskripsi
Mandyasih.
0
Pemandian, taman kerajaan, istana, biara, atau, candi?. Itu lah
misteri yang ditawarkan kompleks Ratu Boko. Hingga saat ini
para ahli masih kesulitan menentukan fungsi tinggalan dari abad ke-9 masehi itu.

Sisa bangunan yang ada berupa gapura, pemandian dengan
sejumlah kolam, ruang pertemuan (pendopo), keputren, dan
paseban memang mengacu pada fungsi sebuah hunian. Namun tidak mudah membuat
simpulan dari tinggalan tersebut. Pendapat yang paling umum dianut mengenai fungsi
Ratu Boko adalah sebagai bangunan sekuler dari pada sakral-keagamaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar